Saat mesin hidup piston bekerja naik dan turun di dalam silinder blok. Antara piston dan silinder blok tersebut terdapat celah agar oli dapat melumasi bagian piston dan silinder blok, dengan demikian piston tidak langsung bergesek terhadap silinder blok melainkan dilumasi oleh pelumas yaitu oli. Pada prakteknya saat mesin baru dihidupkan, celah antara piston dan silinder blok ini cenderung kering dari oli. Istilah umumnya dikatakan bahwa pelumasan belum naik ke mesin. Inilah alasan kenapa mesin harus dipanaskan sebelum digunakan untuk berjalan. Saat awal – awal penyalaan mesin atau mesi distarter maka terjadilah gesekan antara piston dan silinder blok. Tapi hal itu tak berlangsung lama, sebab tak lama kemudian oli segera naik dan melumasi celah antara piston dan silinder blok. Dalam pemakain sehari – hari kejadian di atas terjadi terus menerus saat mesin pertama kali dihidupkan (distarter) setiap harinya. Dan itu membuat terjadinya pengikisan antara piston dan silinder blok sedikit demi sedikit. Setelah beberapa tahun, lama kelamaan pengikisan itu membuat celah yang semakin besar, sehingga mau tidak mau mesin harus overhaul dan piston serta lubang silinder harus dikorter. Sebelum menentukan perkorteran biasanya para mekanik akan melakukan pengukuran terlebih dahulu untuk mengetahui besarnya keausan yang terjadi. Setelah didapat hasil pengukuran, barulah langkah penentuan besarnya ukuran korter yang akan dilakukan.
Pengukuran untuk melihat apakah mesin harus dikorter meliputi dua hal; pertama adalah mengukur piston dan kedua adalah mengukur lubang silinder dari blok mesin. Untuk pengukuran piston akan saya jelaskan lain kali. Untuk saat ini saya akan menjelaskan cara mengukur lubang silinder. Pengukuran lubang silinder memerlukan peralatan:
Pengukuran untuk melihat apakah mesin harus dikorter meliputi dua hal; pertama adalah mengukur piston dan kedua adalah mengukur lubang silinder dari blok mesin. Untuk pengukuran piston akan saya jelaskan lain kali. Untuk saat ini saya akan menjelaskan cara mengukur lubang silinder. Pengukuran lubang silinder memerlukan peralatan:
- Dial gauge
- Vernier caliper
- Micrometer
Langkah pengukuran lubang silinder:
- Ukur diameter lubang silinder dengan vernier caliper. Misal didapat pengukuran 52,60 mm, maka gunakan replacement rod 50 mm dan washer 3 mm.
- Setel micrometer pada ukuran 53 mm dengan tepat, jadi harus 53,00 mm.
- Tempatkan replacement rod dan measuring point pada micrometer. Lalu setel dial gauge pada nol ke arah jarum penunjukknya.
- Masukkan dial gauge ke lubang silinder, lalu gerakkan dial gauge sampai diperoleh penunjukkan jarum ke angka terkecil. Misal didapat hasil terkecil pengukuran 0,05 mm. Berarti hasil pengukurannya adalah 53,00 – 0,05 mm = 52,95 mm. kesimpulannya adalah lubang silinder berukuran 52,95mm.
- Lakukan pengukuran lubang silinder dalam arah samping (1) dan arah aksial (2) pada posisi paling atas (A) , posisi tengah (B), posisi paling bawah lubang silinder (C). Perhatikan gambar di bawah ini!
- Catatlah hasil pengukuran! Lalu bandingkan hasil pengukuran dengan batas diameter maksimal lubang silinder berdasarkan pedoman servis dari kendaraan yang dilakukan pengukuran.
Setelah didapat hasil pengukuran tersebut, kit dapat menentukan kerusakan atau keausan yang mungkin terjadi. Bila lubang silinder tidak melebihi standar maksimum dari pedoman servis kendaraan, artinya piston dan ring piston yang mengalami keausan dan harus diganti. Dalam hal ini tidak perlu dilakukan korter bila ukuran lubang silinder masih dibawah ukuran maksimal servis.
Tidak ada komentar
Posting Komentar