Sulteng.... Sulawesi Tengah jadi destinasi touring besar VICO riders tahun ini. Akhirnya Palu yang merupakan ibukota dari Sulawesi Tengah jadi titik nol touring Sulawesi Tengah. Selain itu ada kawan saya orang asli sana jadi mempermudah penguasaan medan termasuk juga persiapannya. 


Motor sewaaan yaitu motor beat beserta jajarannya menjadi pilihan anggota touring kali ini mengingat biaya gendong motor ke Sulawesi yang tidak murah (ke Lombok tahun lalu saja 5 juta per motor) serta mobil support yang semua kami sewa disana supaya lebih murah. Buat saya sih tidak masalah, touring itu adalah journey malah bisa dapat pengalaman lain dengan mocil ini


Touring dipersiapkan beberapa bulan sebelumnya, malah di beberapa minggu sebelum berangkat tujuan yang tadinya mau menyebrang ke kepulauan Togean kami cancel mengingat space harinya yang terlalu mepet. Ke Togean baiknya ada spare waktu minimal 3 hari 2 malam ini termasuk dengan perjalanan laut dari Ampana ke Togean selama 1/2 hari sendiri untuk satu kali trip, sedangkan kami sendiri hanya punya waktu 5 hari 4 malam untuk berangkat dari Palu.


Road Near Ampana

Day 1: 10 Mar 2018




Rombongan tiba menggunakan first flight Lion Air dimana first flight ini so far belum pernah mengecewakan saya untuk masalah delay. Ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di Palu, sebelum landing sudah di suguhi pemandangan indah dari jendela pesawat dimana pesawat sudah descending dari posisi laut dan kota Palu yang diapit oleh 2 pegunungan di kanan kirinya, ketika di darat pun pemandangan di depan airport juga tidak kalah menarik.

In Front of Palu Airport



Dari airport kami lanjut brunch Coto Makassar sekitar pukul 10.30 lalu dilanjutkan ambil motor sewaan di rumah yang punya. Motor sewaan dengan rate Rp. 150,000/day cukup membuat saya impress, motornya bersih terawat dan mesinnya juga ok. Rombongan touring kali ini ada 2 motor beat pop, 1 motor beat, 1 X-ride, 1 Yamaha Mio, 1 Vario 110, dan 1 Yamaha Aerox (kalau ini bukan sewa tapi punya kawan saya di Palu). Nah rupanya di Palu ini juga bermasalah dengan plat nomor yang habis bahannya yang sempat terjadi di Jakarta beberapa tahun lalu, jadi jangan heran kalau lumayan banyak motor berseliweran tanpa ada plat nomornya.

Stop by at Kebon Kopi road

Kurang lebih pukul 11.00 kami mulai gas ke arah Utara kota Palu kemudian berbelok ke arah Timur melewati jalan Kebun Kopi atau Palu - Parigi yang merupakan pegunungan tapi ya tetap saja panas terik dan tidak sejuk, hahaha ada beberapa spot di jalan ini yang sedang diperbaiki karena longsor dan banyak pasir-pasir menutup jalan bahkan bisa dikatakan jalan diatas pasir plus debu yang lumayan pekat juga kalau ramai kendaraan. Perlu diingat di jalan ini juga diberlakukan jam buka tutup satu arah tapi saya gak hafal jam-jamnya.
Kebon Kopi road being fixed

Stop by at Kebun Kopi road


Tujuan touring hari pertama adalah kediaman kawan saya Pengusaha Walet, kebun, dan tambak udang terkenal di Silampayang kurang lebih 144km perjalanan dari kota Palu. Sekitar pukul 14.30 kami tiba di Silampayang dan memulai tour makan durian jatuhan kebun, pengenalan ternak walet dan menikmati suasana sore hari di Silampayang. Tidak lupa makan makanan khas Sulteng yaitu kaledo (kaki lembu Dongala)
Party durian jatuhan




Day 2 : 11 Maret 2018

Setelah sarapan jam 06.45 perjalanan kami mulai menuju Parigi - Poso - Ampana dengan total jarak tempuh sejauh 383 km dengan total waktu tempuh sekitar 8 jam.
Awalnya saya sempat skeptis dengan kemampuan badan karena belum pernah naik mocil dengan jarak sejauh ini dalam satu hari, apalagi sejak kemarin naik X-ride kok bikin punggung kiri saya kaku sampai saya tukeran motor dengan rekan saya yang lain yang pakai beat.


Pemandangan pagi hari dari Silampayang ke Parigi



Guess what? karena jarak yang jauh ini membuat etape hari kedua adalah speed touring untuk mengejar waktu supaya tidak kesorean tiba di Ampana. Alhasil sering kali mocil - mocil ini kami tarik gas pol bahkan seringkali sampai mentok di jalanan trans Sulawesi yang memang mulus dan lebar ditambah lagi pemandangan yang indah di kanan kiri jalannya yang tidak habis-habis.
Kalau dibandingkan sih di jalan Trans Sulawesi Tengah ini jalanannya mirip dengan Cikidang, Ijen Jawa Timur, Kintamani Bali, dan Sembalun Lombok.

Gas mentok bro (Parigi to Poso)


Parigi to Poso


awas tikungan tajam bisa bablas ke laut (Poso to Ampana)

Pada etape hari kedua ini saya jadi kangen sama motor saya si biru di rumah karena kalau naik si biru lebih nikmat lagi banyak tikungan high speed, tapal kuda, slow speed turn pokoknya you name it semua jenis aja plus jalanan trans Sulawesi yang benar-benar sepi bahkan di Lombok saja lebih ramai kendaraan menurut saya. Gak heran banyak teman-teman moge yang suka tour Sulawesi karena jalanannya seperti ini. Yang perlu diwaspadai hanyalah binatang yang menyebrang jalan seperti sapi, anjing, dan ayam yang biasanya kalau kita klakson mereka akan back up, kemudian di area yang lebar jalannya sempit serta banyak tikungan sering kali ada kerikil atau pasir yang masuk ke tengah jalan sehingga membahayakan two wheelers yang cornering.

Poso to Ampana road


Poso to Ampana

Sepanjang jalan kita bisa melihat 3 agama yang saling rukun berdampingan dimana banyak terlihat tempat sembayang Hindu yang banyak terdapat di rumah pemmeluk agama Hindu, Gereja-gereja besar dan bagus yang ada di pinggir jalan utama, dan juga tak kalah ketinggalan mesjidnya. Selain itu juga banyak wanita berjilbab yang berseliweran juga di jalan menandakan bahwa di Sulawesi ini aman-aman saja. Padahal dulu di Poso ini sempat jadi tempat konflik kerusuhan agama yang memakan banyak korban.
Stop by before Ampana

Large tree living at big rocks
Mini waterfall, airnya sejuk juga

Di jalan sempat isi bensin eceran untuk tiap motor sebanyak 1 liter karena jarak Poso - Ampana sekitar 160km dan ini pas-pasan banget untuk mocil yang kami bawa, padahal sebelumnya sudah isi full tank di Poso. Pukul 15.30 kami tiba di Marina Cottage Ampana dan lanjut check in, saya pilih cottage yang menghadap langsung ke laut sehingga bisa menikmati sunset. Kawasan cottage dan pantai sudah di tutup layer pasirnya dengan batu kali yang kecil-kecil jadi di kamar tidak perlu takut pasir ikut mengotori kamar.

Welcome to Ampana
Pemandian Malotong

Pemandian air tawar di pinggir laut

Bagi para turis sebenarnya Ampana bukan destinasi terakhir, tapi yang jadi destinasi adalah kepulauan Togean yang harus ditempuh sekitar 4 jam perjalanan laut. Tadinya planning awal memang kami mau ke kepulauan Togean tapi karena time frame tidak cukup jadi kami alihkan lagi plannya. Cottage kami ini seringnya jadi tempat transit para turis yang mau menyebrang ke Togean untuk boat keesokan paginya. Jarak sekitar 20 meteran dari pintu kamar ketika lapisan penutup batu kali sudah habis kita bisa menikmati terumbu karang beserta ikan lautnya. Coba bayangkan ini di tempat yang ramai penduduk saja bisa menikmati terumbu karang beserta ikan lautnya apalagi di kepulauan Togean ya?

Santai di depan cottage

Terumbu karang dan ikan didepan cottage

Enjoying sunset at Ampana




Day 3 : 12 Maret 2018

Sambil menunggu sarapan siap jam 07.00, saya menikmati pemandangan laut sambil melihat kumpulan riak di laut yang tenang yang merupakan sekumpulan ikan sedang mencari makan diantara terumbu karang. Sempat juga saya jalan-jalan ke Jetty melihat-lihat kapal yang akan membawa penumpang ke Wakai di kepulauan Togean.

Air beriak tanda kelompok ikan mencari makan
Bentor made in Gorontalo
Puspita Sari, salah satu kapal yang rutin membawa turis ke Togean


Etape hari ketiga ini lumayan santai hanya 200 km dari Ampana kembali lagi ke Poso lalu turun sekitar 60 km ke selatan ke arah Tentena. Karena santai jadi sering kami isi dengan foto-foto di spot yang menarik di jalan seperti dibawah ini





Awas kepalanya kena tebing


di kiri pond air tawar di kanan laut Sulawesi




Sungai berkelok-kelok dengan background pegunungan



Kurang lebih pukul 12.30 kami check in di hotel Ue Datu Cottage di Tentena yang menhadap ke sungai poso, setelah melahap banyak tikungan menuju Tentena yang ada di atas pegunungan. Tempat lunch kami ada di atas sungai Poso, disini saya juga berdecak kagum karena kita bisa melihat dengan jelas ke dasar sungai sangkin jernih airnya.


Chicken strip nyisa dikit

Tentena bridge (didepan sana jembatan lama dari  kayu milik penduduk)

Background Danau Poso

Ue Datu Cottage

Didepan jembatan kayu milik penduduk

View ke dasar sungai dari resto


Selesai lunch pukul 14.30 kami lanjutkan ke air terjun Saluopa sekitar 15 km atau 30 menit perjalanan dari pusat kota Tentena. Jarak ke air terjun hanya sekitar 300 meter saja melewati perkebunan coklat dan hutan. Disini saya berdecak kagum lagi karena baru kali ini melihat air terjun 12 tingkat dan tempatnya bersih serta yang masuk kesini kala itu hanya rombongan Vico Riders saja, sepertinya terbayar sudah batalnya kunjungan ke kepulauan Togean.

at level 10 from below

at level 9 from below



at level 10 from below

at level 9 from below

at level 10 from below

at level 10 from below


Pulang dari air terjun juga kami stop by sebentar di tepi danau Poso dan menikmati sunset disana. Makan malam pun kami pilih yang tidak jauh dari hotel begitu juga isi bensin di eceran pinggir jalan karena planningnya jam 05.00 setelah subuh langsung tancap balik ke Palu.


Senja di danau Poso


Day 4 : 13 Maret 2018

Setelah salat Subuh, breifing sebentar lalu gas lagi ke arah Poso untuk sarapan di Poso. Etape keempat ini jarak tempuhnya adalah 250 km dari Tentena ke Palu serta kami perlu mengejar jadwal buka tutup di Kebun Kopi yang hari pertama kami lewati.
Touring di pagi hari dimana hari masih gelap plus udara dingin dan berkabut membuat suasana menuruni gunung lebih nikmat lagi. Di jalan antara Tentena dan Poso ini ada kota kecamatan kecil yang saya gak tau namanya ada di bawah lembah dengan gereja besar yang megah di sisi kota menghadap ke perumahan. Cantik kalau dijadikan objek foto sayang tidak ada spot berhentinya.

Pegel om

Roundabout Poso

Unique motorcycle expedition

Perjalanan pulang kali ini sempat diwarnai accident sebelum Parigi salah satu kawan ada yang lepas konsentrasi di jalan menikung yang keriting dan berakhir menyender di tebing, Alhamdulilah minor saja injury nya dan motor hanya lecet-lecet. Akhirnya kami finish lagi di Palu sekitar pukul 13.00 malah sempat diguyur hujan di daerah Kebun Kopi sehingga membuat melintasi jalan pasir jadi sering selip dengan mocil dan ban standarnya yang sudah pada mulai botak.

Parigi bypass road at trans sulawesi (sepi bener)

Poor Rossi


Setelah check in di Roa Roa hotel sore hari kami lanjutkan beli oleh-oleh khas Palu yaitu bawang goreng Hj. Mbok Sri lalu menikmati sunset di cafe pinggir pantai teluk Palu.


City riding kota Palu

Sunset at Palu (didepan sana Dongala city)
Suasana beli oleh-oleh



Day 5 : 14 Maret 2018
Langsung tancap ke airport untuk pulang dengan first flight jam 07.00 dan tiba di rumah kembali sekitar pukul 10.00

Thank you all riders untuk remarkable touring to Sulawesinya, see you on next touring
***oh iya buat rekan-rekan yang mau kesana perlu diingat ada beberapa tempat yang blank spot sinyal HP. Di Ampana dan Tentena sinyal XL blas gak ada, Indosat di Tentena blas gak ada hanya Telkomsel saja di semua tempat yang kami singgahi ada sinyalnya